Nina berjalan cepat menuju ruang rapat, sepatu hak tingginya terdengar jelas di lorong kantor yang sunyi. Pikirannya penuh dengan ide-ide untuk proyek baru, namun bayangan malam-malam penuh gairah dengan Dimas selalu menyelinap masuk, membuatnya tersenyum kecil.
Ketika Nina masuk ke ruang rapat, dia melihat Rey, mantan pacarnya, sudah duduk di sana. Rey adalah kepala bagian pemasaran, dan meskipun mereka telah berpisah beberapa bulan lalu, kehadirannya selalu membuat Nina merasa tidak nyaman. Mereka berdua terlibat dalam proyek besar ini, dan Nina tahu bahwa Rey akan melakukan apa saja untuk mengganggu pekerjaannya.
“Selamat pagi, Nina,” kata Rey dengan senyum yang terlihat sinis. “Sudah siap untuk rapat?”
Nina mengangguk dengan tegas. “Tentu saja, Rey. Aku selalu siap.”
Rapat berjalan dengan penuh ketegangan. Setiap kali Nina mengajukan ide, Rey selalu menemukan cara untuk mengkritiknya. Meskipun begitu, Nina tetap tenang dan profesional, tidak ingin menunjukkan kelemahannya di hadapan tim.
Saat rapat berakhir, Rey menghampiri Nina. “Kita perlu bicara,” katanya dengan nada serius.
Nina menghela napas dalam-dalam dan mengikuti Rey ke sudut yang lebih sepi. “Apa yang ingin kau bicarakan, Rey?”
Rey mendekatkan wajahnya ke Nina, nadanya rendah dan tajam. “Kau tahu, Nina, kita dulu memiliki hubungan yang luar biasa. Aku masih bisa merasakan ketegangan di antara kita. Aku tidak suka melihatmu bersama pria lain.”
Nina merasakan amarah mulai membara di dalam dirinya. “Rey, hubungan kita sudah berakhir. Aku sudah menemukan seseorang yang lebih baik dan aku bahagia. Jadi, tolong, berhenti mengganggu pekerjaanku.”
Rey tersenyum dingin. “Baiklah, Nina. Tapi ingat, aku bisa membuat hidupmu di sini menjadi sangat sulit jika kau terus menolakku.”
Nina tidak membiarkan ancaman Rey mengganggu pikirannya. Dia kembali ke meja kerjanya dan membuka ponsel, mengirim pesan singkat kepada Dimas.
“Dimas, bisakah kita bertemu nanti malam? Aku butuh bicara.”
Beberapa menit kemudian, ponselnya bergetar.
“Tentu, Nina. Aku akan menjemputmu jam 7. Tetap kuat.”
Nina menghela napas lega. Dimas selalu tahu bagaimana membuatnya merasa lebih baik.
Malam itu, Dimas menjemput Nina di depan kantornya. Mereka menuju sebuah restoran kecil yang nyaman, tempat favorit mereka. Setelah memesan makanan, Dimas meraih tangan Nina, menggenggamnya erat. “Apa yang terjadi, Nina?”
Nina menceritakan semua yang terjadi di kantor, tentang ancaman Rey dan bagaimana dia merasa tertekan. Dimas mendengarkan dengan seksama, matanya penuh perhatian.
“Dimas, aku merasa Rey tidak akan berhenti sampai dia mendapatkan apa yang dia inginkan. Aku takut dia akan membuat pekerjaanku semakin sulit,” kata Nina dengan suara lirih.
Dimas mengangguk, memeras tangannya dengan lembut. “Nina, aku tahu ini sulit. Tapi kau kuat dan berbakat. Jangan biarkan Rey mengendalikanmu. Kita akan mencari cara untuk menghadapinya bersama.”
Nina tersenyum, merasakan kekuatan dari dukungan Dimas. “Terima kasih, Dimas. Kau selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik.”
Malam itu, setelah makan malam, mereka berjalan-jalan di sepanjang pantai. Angin malam yang sejuk membuat Nina merasa lebih tenang. Dimas berhenti, berbalik menghadap Nina, dan menariknya dalam pelukan hangat.
“Nina, aku mencintaimu. Tidak peduli apa yang terjadi, aku akan selalu ada di sisimu,” bisik Dimas di telinga Nina, suaranya penuh dengan perasaan.
Nina merasakan air mata menggenang di matanya. “Aku juga mencintaimu, Dimas. Kau adalah segalanya bagiku.”
Mereka berciuman di bawah cahaya bulan, ciuman yang penuh dengan janji dan cinta yang tulus. Nina merasa semua beban di pundaknya perlahan menghilang. Dengan Dimas di sisinya, dia tahu dia bisa menghadapi apa pun.
Keesokan harinya, Nina datang ke kantor dengan tekad baru. Dia memutuskan untuk tidak membiarkan Rey mengganggu pekerjaannya. Dia fokus pada tugasnya, memberikan yang terbaik dalam setiap proyek. Namun, ancaman Rey masih menggantung di udara, seperti bayangan gelap yang selalu ada.
Di sela-sela kesibukan, Nina selalu menyempatkan diri untuk mengirim pesan singkat kepada Dimas, mencari dukungan dan kekuatan dari pria yang dicintainya. Dimas, dengan kasih sayangnya yang tak terbatas, selalu ada untuk memberinya semangat.
Suatu hari, Nina menerima sebuah email dari Rey yang isinya sangat mengganggu. Dia mengancam akan menyebarkan rumor yang merusak reputasi Nina jika dia tidak memenuhi keinginannya. Dengan tangan gemetar, Nina menunjukkan email itu kepada Dimas.
“Ini tidak bisa dibiarkan, Nina. Kita harus melaporkannya ke manajemen,” kata Dimas dengan tegas.
Nina mengangguk. “Kau benar, Dimas. Aku tidak bisa membiarkan dia terus menerorku.”
Dengan dukungan Dimas, Nina mengumpulkan bukti-bukti ancaman Rey dan melaporkannya ke manajemen. Prosesnya tidak mudah, tapi Nina merasa lebih kuat dengan Dimas di sisinya. Akhirnya, manajemen memutuskan untuk mengambil tindakan terhadap Rey, memberikan peringatan keras dan memastikan bahwa dia tidak lagi bisa mengganggu Nina.
Dengan masalah Rey yang mulai terselesaikan, Nina merasa beban di pundaknya perlahan menghilang. Dia bisa fokus kembali pada pekerjaannya dan hubungan indahnya dengan Dimas. Mereka terus menjalin kedekatan, menemukan kebahagiaan dalam setiap momen yang mereka habiskan bersama.
Namun, mereka juga tahu bahwa perjalanan cinta mereka masih panjang dan penuh dengan tantangan. Tapi dengan cinta dan dukungan yang mereka miliki, Nina dan Dimas yakin bisa mengatasi apa pun yang datang menghadang.
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!