Nina duduk di meja kerjanya di kantor majalah fashion, matanya tertuju pada layar komputer tetapi pikirannya melayang kembali ke malam pameran seni. Senyuman Dimas, bisikan lembut di telinganya, dan ciuman penuh gairah itu terus membayangi pikirannya. Setiap kali dia memejamkan mata, dia bisa merasakan bibirnya kembali menyentuh bibir Dimas.
Ponsel Nina berbunyi, membawa kembali ke realitas. Dia melihat nama Dimas di layar dan senyumnya melebar. “Halo, Dimas,” sapanya dengan suara lembut.
“Halo, Nina. Apa kau punya waktu untuk makan siang hari ini? Aku tahu tempat yang bagus di dekat kantormu,” suara Dimas terdengar hangat dan menggoda di telinganya.
“Tentu, aku butuh istirahat dari semua tekanan ini. Jam berapa?” Nina merasa jantungnya berdebar hanya mendengar suara Dimas.
“Jam satu, aku akan menjemputmu,” jawab Dimas.
Nina menghabiskan sisa pagi dengan kegelisahan yang manis. Ketika jam menunjukkan pukul satu, dia bergegas keluar dari kantor, menemukan Dimas menunggunya dengan senyuman yang menawan. Mereka berjalan beriringan menuju sebuah kafe kecil yang tersembunyi di antara gedung-gedung tinggi.
Saat mereka duduk dan memesan makanan, Dimas memandang Nina dengan mata yang penuh kasih. “Aku tidak bisa berhenti memikirkan malam itu, Nina. Ada sesuatu tentangmu yang membuatku merasa hidup kembali.”
Nina tersenyum, pipinya memerah. “Aku juga merasakan hal yang sama, Dimas. Kau seperti angin segar dalam hidupku yang penuh tekanan ini.”
Mereka berbicara tentang berbagai hal—pekerjaan, hobi, dan impian mereka. Dimas berbicara tentang pengalamannya sebagai penulis artikel, bagaimana dia selalu mencari kebenaran dalam setiap cerita yang ditulisnya. Nina merasa semakin terpesona oleh kecerdasan dan karisma Dimas.
Setelah makan siang, mereka berjalan-jalan di taman dekat kafe. Dimas meraih tangan Nina, jari-jari mereka saling bertautan. “Nina, aku merasa seperti sudah lama mengenalmu. Ada begitu banyak hal yang ingin aku ketahui tentangmu.”
Nina menatap mata Dimas yang berkilau dengan rasa penasaran dan kehangatan. “Aku juga ingin tahu lebih banyak tentangmu, Dimas. Aku merasa kita baru memulai sesuatu yang luar biasa.”
Dimas tersenyum dan menarik Nina lebih dekat. “Kau benar. Ini baru permulaan, dan aku tidak sabar untuk melihat ke mana ini akan membawa kita.”
Hari-hari berikutnya diisi dengan percakapan panjang dan pertemuan singkat di sela-sela kesibukan mereka. Nina dan Dimas semakin dekat, menemukan kenyamanan dan kebahagiaan dalam kebersamaan mereka. Mereka mengunjungi galeri seni lainnya, makan malam romantis di restoran kecil, dan berbagi rahasia di bawah bintang-bintang.
Namun, di balik semua kebahagiaan itu, ada bayangan misteri yang mulai muncul. Suatu malam, saat mereka duduk di apartemen Nina, Dimas terlihat sedikit gelisah. “Nina, ada sesuatu yang perlu aku ceritakan padamu.”
Nina menatap Dimas dengan cemas. “Apa itu, Dimas? Kau bisa memberitahuku apa saja.”
Dimas menghela napas panjang sebelum berbicara. “Aku pernah menjadi jurnalis investigasi sebelum menjadi penulis artikel freelance. Ada sebuah kasus besar yang aku ungkap, dan itu menyebabkan banyak masalah. Aku terpaksa meninggalkan karier itu karena ancaman yang aku terima.”
Nina merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. “Apa yang terjadi, Dimas? Kenapa kau tidak pernah menceritakan ini sebelumnya?”
Dimas menundukkan kepala, matanya terlihat sedih. “Aku tidak ingin membebanimu dengan masalah masa laluku. Tapi aku merasa kau berhak tahu. Aku masih menerima ancaman sesekali, dan aku khawatir hal itu bisa mempengaruhi kita.”
Nina meraih tangan Dimas, menggenggamnya erat. “Dimas, aku peduli padamu. Apapun yang terjadi di masa lalu, kita bisa menghadapinya bersama. Kau tidak sendiri.”
Dimas menatap mata Nina, merasakan kehangatan dan ketulusan dalam kata-katanya. “Terima kasih, Nina. Aku merasa lebih kuat denganmu di sisiku.”
Malam itu, mereka berbicara lebih banyak tentang masa lalu Dimas dan tantangan yang dihadapinya. Nina merasa semakin yakin bahwa cintanya pada Dimas lebih kuat dari apapun. Mereka berjanji untuk saling mendukung dan menghadapi segala rintangan bersama-sama.
Dengan setiap pertemuan, Nina dan Dimas semakin menyadari bahwa hubungan mereka bukan sekadar ketertarikan fisik. Ada koneksi emosional yang dalam, sebuah ikatan yang membuat mereka merasa lengkap. Namun, mereka juga tahu bahwa rahasia dan bayangan masa lalu bisa menjadi tantangan besar dalam perjalanan cinta mereka.
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!