Matahari sudah lama tenggelam ketika Putri kembali duduk di depan laptopnya, menunggu pesan dari Julian. Seiring berjalannya waktu, percakapan mereka tidak hanya terbatas di forum, tapi juga beralih ke pesan pribadi dan video call yang semakin sering. Setiap kali Putri membuka aplikasi chat, dia merasa antusias seperti menunggu kejutan yang menyenangkan.
Suatu malam, setelah menyelesaikan tugas sekolahnya, Putri menerima panggilan video dari Julian. “Hai, Putri,” sapa Julian dengan senyum lebar yang selalu berhasil menghangatkan hati Putri.
“Hai, Julian,” balas Putri sambil membalas senyuman itu. “Aku punya kabar baik. Aku baru saja mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian matematika!”
“Wow, hebat! Aku selalu tahu kamu cerdas,” puji Julian dengan tulus. “Bagaimana rasanya?”
“Rasanya luar biasa,” jawab Putri. “Tapi aku tidak yakin bisa melakukannya tanpa dukunganmu. Kamu selalu membuatku merasa lebih percaya diri.”
Malam itu, mereka mengobrol lebih lama dari biasanya, berbagi cerita tentang impian dan harapan mereka. Julian bercerita tentang keinginannya untuk menjadi penulis terkenal, sementara Putri berbagi mimpinya untuk menjadi seorang arsitek.
“Kadang-kadang, aku merasa seperti kamu adalah satu-satunya orang yang benar-benar mengerti aku,” kata Putri dengan suara lembut.
“Aku merasa begitu juga, Putri. Kamu selalu mendengarkan tanpa menghakimi. Itu hal yang sangat langka,” jawab Julian.
Meskipun begitu dekat, ada satu hal yang selalu mengganggu pikiran Putri—Julian selalu menghindari pertanyaan tentang kehidupan pribadinya. Setiap kali Putri bertanya tentang keluarga atau sekolah Julian, ia selalu menemukan cara untuk mengalihkan pembicaraan.
“Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentangmu, Julian. Aku merasa kita sudah sangat dekat, tapi ada begitu banyak yang belum aku ketahui,” kata Putri suatu malam.
Julian terdiam sejenak sebelum menjawab, “Putri, ada beberapa hal yang sulit untuk aku ceritakan. Bukan karena aku tidak mempercayaimu, tapi karena itu sangat pribadi.”
Putri merasa kekecewaan yang mendalam, tapi dia mencoba mengerti. “Baiklah, Julian. Aku menghargai privasimu. Aku hanya ingin kita bisa lebih jujur satu sama lain.”
“Terima kasih, Putri. Aku janji suatu hari nanti aku akan menceritakan semuanya. Tolong bersabar dengan aku,” jawab Julian dengan nada serius.
Percakapan mereka berlanjut, namun rasa penasaran Putri tentang identitas sebenarnya Julian semakin besar. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa Julian menyembunyikan sesuatu yang penting. Meskipun begitu, Putri memilih untuk tidak mendesak lebih jauh, menghormati permintaan Julian.
Suatu hari, saat Putri sedang bersiap untuk tidur, ponselnya berbunyi. Sebuah pesan dari Julian muncul. “Putri, ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan. Aku berharap ini bisa membuatmu sedikit lebih percaya padaku.”
Putri membuka pesan tersebut dan melihat sebuah tautan video. Dengan jantung berdebar, ia menekan tautan itu dan mulai menonton. Video itu menunjukkan Julian memainkan gitar dan menyanyikan lagu yang lembut dan menyentuh hati. Suaranya begitu merdu, seolah menyampaikan perasaan yang dalam.
Setelah video berakhir, Putri merasa air mata mengalir di pipinya. “Julian, itu indah sekali. Terima kasih telah berbagi ini denganku,” tulis Putri dengan cepat.
“Aku ingin kamu tahu betapa berartinya persahabatan kita bagiku, Putri. Meskipun aku belum bisa menceritakan semuanya, aku berharap ini bisa menunjukkan betapa aku menghargai kamu,” balas Julian.
Hari-hari berlalu, dan Putri semakin terikat dengan Julian. Setiap percakapan mereka membawa Putri pada perasaan hangat dan penuh harapan. Namun, misteri tentang identitas Julian tetap menghantui pikirannya. Ia merasa ada sesuatu yang besar yang masih tersembunyi.
Suatu malam, Putri terbangun dari mimpi buruk dengan perasaan gelisah. Dalam kegelapan kamarnya, ia meraih ponsel dan mengirim pesan kepada Julian. “Julian, aku tidak bisa berhenti memikirkan tentang siapa kamu sebenarnya. Aku butuh tahu lebih banyak. Tolong, beri aku sedikit petunjuk.”
Beberapa menit kemudian, balasan Julian muncul. “Putri, aku mengerti perasaanmu. Aku minta maaf telah membuatmu cemas. Aku janji, sedikit demi sedikit, aku akan membuka diri padamu. Kamu adalah sahabat terbaik yang pernah aku miliki.”
Putri menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang gelisah. Meskipun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, ia merasa yakin bahwa persahabatannya dengan Julian akan membawa pada kebenaran yang ia cari. Dan dengan setiap pesan yang mereka tukar, Putri semakin merasa bahwa ia berada di jalur yang benar untuk menemukan siapa Julian sebenarnya, dan mengapa dia begitu penting dalam hidupnya.
Cerita ini terus berlanjut, dengan setiap episode membawa Putri lebih dekat pada kebenaran yang tersembunyi di balik layar. Persahabatan mereka, meskipun diliputi oleh misteri, menjadi semakin kuat dan penuh makna.
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!