Pagi itu, cuaca Jakarta tampak cerah, tetapi hati Dian diselimuti awan keraguan. Seminggu terakhir ini, kebahagiaan bersama Bima terasa begitu nyata, namun ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Dian tahu bahwa kebahagiaan ini mungkin hanya sementara, dan keputusan besar menanti di depan.
Ketika Dian tiba di stasiun, Bima sudah menunggunya dengan senyum hangat. “Selamat pagi, Dian,” sapanya dengan ceria.
“Selamat pagi, Bima,” balas Dian, mencoba menyembunyikan kegelisahannya.
Di kereta, mereka duduk berdampingan seperti biasa. Bima menceritakan tentang proyek baru di kantornya, tetapi Dian merasa pikirannya melayang-layang. Ketika Bima bertanya apakah dia baik-baik saja, Dian hanya mengangguk dan tersenyum kecil.
Saat mereka tiba di Stasiun Sudirman, Bima meraih tangan Dian. “Dian, ada yang ingin aku bicarakan nanti. Bisakah kita bertemu setelah pulang kerja?”
Dian merasa jantungnya berdebar kencang. “Tentu, Bima. Aku akan menunggumu di kafe tempat biasa.”
Hari itu di kantor, Dian merasa sulit untuk berkonsentrasi. Pikirannya terus-menerus memikirkan apa yang akan Bima katakan. Mira, yang menyadari kegelisahan Dian, mendekatinya.
“Dian, kamu baik-baik saja? Kamu terlihat sangat tegang hari ini,” tanya Mira dengan prihatin.
Dian tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, Mira. Hanya sedikit banyak pikiran.”
Mira menepuk bahu Dian dengan lembut. “Kalau kamu butuh bicara, aku selalu ada di sini untukmu.”
Dian merasa sedikit terhibur dengan dukungan Mira. Namun, kegelisahannya tak kunjung hilang. Setelah jam kerja berakhir, Dian segera menuju kafe tempat dia dan Bima berjanji bertemu. Sesampainya di sana, dia melihat Bima sudah duduk menunggunya.
“Dian, terima kasih sudah datang,” kata Bima ketika Dian duduk di hadapannya.
“Ada apa, Bima? Kamu terlihat serius,” tanya Dian, mencoba menyembunyikan kegugupannya.
Bima mengambil napas dalam-dalam sebelum berbicara. “Dian, selama beberapa minggu terakhir ini, aku merasa sangat dekat denganmu. Kamu telah menjadi bagian penting dalam hidupku. Tapi ada satu hal yang harus aku sampaikan.”
Dian merasa jantungnya berdebar semakin kencang. “Apa itu, Bima?”
“Aku mendapat tawaran pekerjaan di luar negeri. Ini adalah kesempatan besar untuk karierku, tapi aku tidak tahu apakah aku bisa meninggalkan semua yang ada di sini, termasuk kamu,” kata Bima dengan suara bergetar.
Dian terdiam, mencoba mencerna kata-kata Bima. Tawaran itu pasti sangat menggoda, tapi juga berarti mereka harus berpisah.
“Bima, ini adalah kesempatan yang luar biasa untukmu. Aku tidak ingin menjadi penghalang bagi impianmu,” kata Dian dengan suara pelan.
“Tapi aku tidak ingin kehilanganmu, Dian. Aku merasa ada sesuatu yang istimewa di antara kita,” balas Bima dengan mata yang penuh emosi.
Dian merasakan campuran emosi yang kuat. Dia tahu bahwa ini adalah momen pengambilan keputusan yang akan menentukan masa depan mereka.
“Jika kamu menerima tawaran itu, kita bisa mencoba hubungan jarak jauh. Aku percaya pada kita, Bima,” kata Dian, mencoba terdengar tegar meski hatinya bergetar.
Bima menatap Dian dengan tatapan penuh rasa syukur. “Aku sangat menghargai dukunganmu, Dian. Kamu adalah orang yang luar biasa. Tapi aku juga tidak ingin kamu merasa terbebani.”
Dian menggenggam tangan Bima dengan lembut. “Kita akan melewati ini bersama. Apapun keputusanmu, aku akan selalu mendukungmu.”
Malam itu, mereka menghabiskan waktu di kafe, berbicara tentang kemungkinan-kemungkinan di masa depan. Meskipun ada ketidakpastian, mereka merasa lebih dekat dari sebelumnya.
Keesokan harinya, mereka kembali bertemu di stasiun. Kali ini, ada rasa kebersamaan yang lebih kuat di antara mereka. Dian dan Bima tahu bahwa apapun yang terjadi, mereka telah membuat keputusan bersama dengan hati yang tulus.
Perjalanan dengan KRL terasa lebih bermakna. Setiap momen dihabiskan dengan saling memberi kekuatan dan dukungan. Dian merasakan ketenangan yang aneh, meski masa depan masih penuh dengan tanda tanya.
Dalam setiap langkah mereka, Dian dan Bima menemukan kekuatan untuk menghadapi masa depan. Keputusan sulit yang mereka buat hari ini adalah awal dari perjalanan baru yang penuh harapan. Mereka tahu bahwa selama mereka saling mendukung, mereka akan mampu melewati segala tantangan yang datang.
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!