Dian terbangun dengan suara alarm yang nyaring. Seperti biasa, pagi itu dimulai dengan kesibukan luar biasa. Setelah bersiap-siap, dia segera bergegas menuju stasiun Bogor. Rutinitas yang sudah dijalaninya selama lima tahun terakhir, namun selalu saja ada hal yang membuatnya merasa bahwa setiap perjalanan adalah petualangan baru.
KRL Komuter Line tiba tepat waktu. Dian segera mencari tempat duduk di antara kerumunan penumpang yang semakin padat. Dia berhasil menemukan kursi di dekat jendela, tempat favoritnya. Dari sana, dia bisa melihat pemandangan yang berlalu dengan cepat, sebuah hiburan sederhana yang selalu dinikmatinya.
Ketika kereta mulai bergerak, Dian mengamati sekeliling. Dia melihat berbagai macam ekspresi di wajah para penumpang. Ada yang masih setengah tertidur, ada yang sibuk dengan gadget mereka, dan ada pula yang berbicara dengan teman sebangkunya. Di hadapannya duduk seorang ibu dengan dua anak kecil yang tampak riang bermain. Dian tersenyum melihat keceriaan mereka, mengingatkan pada masa kecilnya yang penuh petualangan.
Di stasiun berikutnya, seorang pria muda naik dan duduk di sebelahnya. Dian melirik sekilas, pria itu tampak menarik dengan rambut sedikit acak-acakan dan kacamata yang menambah kesan intelektual. Mereka sempat bertukar senyum, tetapi tidak ada percakapan yang terjadi.
“Selamat pagi,” kata pria itu tiba-tiba. Dian terkejut, tetapi dengan cepat membalas senyum.
“Selamat pagi,” jawab Dian. Mereka berbicara singkat tentang cuaca dan kepadatan kereta pagi itu. Dian mengetahui bahwa pria itu bernama Bima, seorang arsitek yang bekerja di Jakarta.
Percakapan mereka berlangsung ringan tetapi menyenangkan. Dian merasa ada sesuatu yang berbeda dari pertemuan ini. Ada kehangatan dan rasa nyaman yang jarang dia rasakan dengan orang asing.
Saat kereta mendekati stasiun Sudirman, Bima berdiri dan bersiap turun. “Semoga harimu menyenangkan, Dian,” katanya dengan senyum yang tulus.
“Terima kasih, Bima. Kamu juga,” balas Dian sambil melambaikan tangan. Mereka berpisah di kerumunan penumpang yang bergegas menuju aktivitas masing-masing.
Hari itu di kantor, Dian merasa lebih bersemangat. Pertemuan singkat dengan Bima memberi warna baru dalam rutinitasnya. Dia berharap bisa bertemu lagi dengannya di perjalanan berikutnya.
Malam harinya, setelah sampai di rumah, Dian duduk di teras sambil menikmati secangkir teh hangat. Ia merenung tentang pertemuannya dengan Bima. Perjalanan dengan KRL tidak lagi terasa membosankan. Ada banyak cerita dan kisah yang bisa ditemukan di balik setiap wajah penumpang. Setiap orang membawa dunia mereka sendiri, penuh dengan harapan, mimpi, dan cerita hidup yang unik.
Keesokan paginya, Dian kembali ke stasiun dengan semangat baru. Dia berharap bisa bertemu dengan Bima lagi. Saat menunggu kereta, dia memikirkan percakapan mereka kemarin. Dian mulai merasa bahwa mungkin, hanya mungkin, perjalanan hidupnya akan berubah menjadi lebih menarik dan penuh kejutan.
Kereta tiba, dan sekali lagi, Dian duduk di tempat favoritnya. Ketika pintu kereta terbuka di stasiun berikutnya, dia melihat Bima masuk dan mencari tempat duduk. Tatapan mereka bertemu, dan senyum lebar menghiasi wajah mereka berdua. Mungkin, perjalanan panjang dari Bogor ke Jakarta ini akan membawa lebih banyak cerita yang belum terungkap.
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!