Fina menarik napas dalam-dalam saat melihat gedung kampus yang menjulang di hadapannya. Setelah menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang penuh kenangan di SMA, kini saatnya kembali ke rutinitas perkuliahan. Dengan langkah pasti, ia melangkah memasuki aula kampus, disambut oleh suara riuh teman-temannya yang juga baru kembali dari PPL.
“Fina! Bagaimana PPL-mu?” tanya Rani, sahabatnya, dengan antusias.
“Seru, Rani. Banyak pengalaman berharga yang aku dapatkan,” jawab Fina sambil tersenyum. “Bagaimana denganmu?”
Mereka pun berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing. Namun, di balik keceriaan itu, Fina tahu bahwa tantangan baru menantinya di kampus. Tugas akhir dan persiapan wisuda menjadi prioritas utama, dan ia harus membagi waktunya dengan bijak.
Hari-hari berlalu dengan cepat. Fina tenggelam dalam tumpukan buku dan jurnal untuk menyelesaikan tugas akhirnya. Di sela-sela kesibukannya, ia sering memikirkan para siswa di SMA tempat ia PPL, terutama Julian. Fina selalu memastikan untuk tetap profesional, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ia merindukan suasana mengajar di sekolah.
Suatu sore, saat sedang istirahat di perpustakaan, ponsel Fina bergetar. Sebuah pesan dari Julian muncul di layar.
“Kak Fina, apa kabar? Aku ingin berbagi kabar baik, aku dapat nilai tertinggi di ujian Bahasa Indonesia kemarin! Terima kasih atas bimbingannya.”
Fina tersenyum lebar membaca pesan itu. Ia segera membalas, “Selamat, Julian! Kakak bangga dengan prestasimu. Teruslah belajar dengan giat, ya.”
Pesan singkat dari Julian itu menjadi penyemangat tersendiri bagi Fina. Ia merasa bahwa usahanya selama PPL tidak sia-sia. Namun, di sisi lain, ia juga menghadapi dilema. Apakah ia harus fokus sepenuhnya pada studinya ataukah ia harus mencari cara untuk terus membantu siswa-siswa di sekolah?
Pernah suatu kali, saat Fina sedang berjalan menuju kelas, ia melihat pengumuman tentang proyek pengabdian masyarakat yang diadakan oleh fakultasnya. Proyek ini mengajak mahasiswa untuk kembali ke sekolah-sekolah dan membantu mengajar. Mata Fina berbinar-binar, inilah kesempatan yang ia cari!
“Rani, lihat ini,” kata Fina sambil menunjuk pengumuman itu. “Aku rasa ini bisa jadi solusi untuk dilema kita. Aku bisa kembali ke sekolah dan membantu mereka sambil tetap menyelesaikan tugas akhir.”
Rani mengangguk setuju. “Bagus sekali, Fin! Kamu memang selalu punya ide cemerlang. Kita harus mendaftar.”
Mereka segera mendaftar untuk proyek tersebut. Fina merasa semangatnya kembali berkobar. Meski tantangan akademis di kampus tak kalah berat, ia menemukan cara untuk tetap terhubung dengan dunia pendidikan yang begitu ia cintai.
Minggu demi minggu berlalu, Fina dan Rani sibuk dengan persiapan proyek pengabdian masyarakat. Mereka mengumpulkan materi, menyusun rencana pelajaran, dan berkoordinasi dengan pihak sekolah. Fina tak sabar untuk bertemu kembali dengan para siswa, terutama Julian.
Akhirnya, hari yang dinantikan tiba. Fina kembali menginjakkan kaki di sekolah tempat ia PPL dulu. Rasanya seperti pulang ke rumah. Para siswa menyambutnya dengan antusias, dan Fina merasakan kehangatan yang sama seperti dulu.
“Selamat datang kembali, Kak Fina!” seru Julian dengan wajah berseri-seri.
“Terima kasih, Julian. Senang bisa kembali,” jawab Fina sambil tersenyum.
Dengan semangat yang baru, Fina mulai mengajar lagi. Ia berbagi ilmu, mendengarkan cerita siswa-siswa, dan memberikan bimbingan dengan sepenuh hati. Meski harus membagi waktu antara tugas akhir dan proyek ini, Fina merasa inilah jalan yang tepat. Ia yakin, dengan dedikasi dan cinta pada profesi, ia bisa memberikan yang terbaik.
Malam itu, saat menutup buku catatan dan memandang langit-langit kamarnya, Fina merasa damai. Tantangan baru memang selalu ada, tapi dengan semangat dan dedikasi, semua bisa dihadapi. Di kampus atau di sekolah, Fina tahu bahwa ia akan selalu menjadi cahaya bagi siapa pun yang membutuhkan.
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!