Usai sudah perjuanganku menghadapi setahun penuh dengan ujian. Kelas 3 SMP berhasil aku lewati dengan segala rintangan akademik maupun rintangan lain dalam kehidupan sehari-hari. Semua kepenatan yang melelahkan fisik, pikiran, dan batin perlahan hilang. Selama ini aku hanya pergi ke mall, bermain bersama teman, atau menonton film di bioskop untuk menghibur diri. Namun tetap saja jenuh masih membekas. Aku perlu melakukan sesuatu untuk menghilangkan itu semua. Ini pertanda waktunya aku memanjakan diri dengan liburan.
Liburan yang aku butuhkan tidak harus mewah atau pun ke luar negeri. Cukup untuk menghilangkan segala lelah dan jenuh yang ada pada diri, serta bersama keluarga. Indonesia kaya raya dengan segala keindahannya, dan aku baru melihat sebagian kecil dari Sabang sampai Merauke. Masih banyak kearifan lokal yang bisa aku kunjungi. Apalagi tempat-tempat wisata yang belum diketahui banyak orang. Maka, aku dan keluargaku memutuskan untuk pergi ke Yogyakarta mengisi libur akhir tahun ajaran. Sebelumnya, aku sudah pernah pergi ke Yogyakarta, tetapi saat aku masih kecil. Tujuan kami adalah mengunjungi tempat yang belum pernah kami kunjungi sebelumnya.
Aku tidak terlalu tahu mengenai wisata di Yogyakarta. Aku hanya tahu sebagian kecil, seperti Candi Prambanan, Candi Borobudur, dan candi-candi lainnya. Saat kecil aku sudah pernah ke Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Kami hanya mengunjungi Candi Prambanan lagi untuk menemani salah satu teman papaku. Aku dan keluargaku lebih ingin mengunjungi tempat-tempat wisata yang tidak terlalu ramai. Papaku pun mencari tempa wisata di Yogyakarta yang belum terlalu terkenal, namun menawarkan keunikan tersendiri untuk kami kunjungi.
Saat itu, yang papaku temukan masih terbilang mainstream. Benar saja, saat kami mengunjungi tempat-tempat wisata tersebut, ada banyak sekali turis lokal maupun mancanegara. Memang tempat-tempat wisata tersebut bagus, tetapi banyaknya pengunjung terkadang membuat kami kurang menikmati keindahan yang ada. Terlebih lagi ketika kami ingin mengabadikan momen di sana. Alhasil, aku dan keluargaku belum menemukan tempat wisata di Yogyakarta yang anti–mainstream.
Mamaku akhirnya menelepon adiknya (tanteku) untuk menanyakan tentang tempat wisata di Yogyakarta. Beberapa tahun sebelumnya, ia memang berlibur ke Yogyakarta. Tanteku merekomendasikan tempat bernama Pulau Timang. Kami belum pernah mendengar tentang tempat wisata Pulau Timang sebelumnya. Tanteku menjelaskan arah jalan menuju ke sana, keesokan harinya pun kami pergi ke Pulau Timang.
Kami bangun pagi-pagi, langsung bersiap diri dan makan sarapan di hotel. Setelah selesai, kami langsung pergi menuju Pulau Timang. Jalanan belum terlalu ramai karena kami pergi pagi hari. Jalan yang ditempuh cukup jauh dari kota. Jalanannya pun berliku-liku karena kami harus menaiki daerah gunung. Pulau Timang ini terletak di Padukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mobil kami tidak bisa jalan sampai ke Pantai Timang. Kami harus berhenti di pemukiman dekat Pantai Timang, dan menggunakan jasa ojek yang memang ada untuk menuju ke Pantai Timang.
Jalan yang dilalui dengan ojek sangat terjal dan terdapat banyak batu. Medannya naik turun serta berlika-liku. Setelah kurang lebih 10 menit, kami pun sampai di Pantai Timang. Pengunjung di sana belum sebanyak pantai-pantai lain yang ada di daerah Gunung Kidul. Kami langsung disuguhi pemandangan lautan yang indah, dengan cukup banyak ombak, dan dikelilingi karang disekitar kami. Namun, kami baru sampai di Pantai Timang, belum ke tujuan akhir kami yaitu Pulau Timang.
Pulau Timang itu sendiri terletak di seberang kami. Pulau Timang merupakan pulau yang hanya berupa bongkahan batu karang dengan tebing yang curam. Lantas, bagaimana cara kami sampai ke Pulau Timang sedangkan kami harus menyeberangi lautan penuh ombak? Inilah yang membuat wisata Pulau Timang begitu menarik. Daya tariknya bukan hanya pemandangan yang indah, tapi juga aktivitas yang memicu adrenalin.Ya, untuk menyeberangi lautan menuju Pulau Timang, kami harus menaiki gondola yang masih sangat tradisional. Gondola tersebut hanya terbuat dari kayu dan menggunakan tali tambang. Sekarang gondola tersebut sudah lebih diperbaiki. Untuk menggerakan gondolanya pun menggunakan tenaga manusia.
Sudah menempuh perjalanan yang cukup jauh, rugi bila tidak menyeberang ke Pulau Timang dengan gondola tradisional. Harga yang ditetapkan penduduk setempat adalah Rp. 150 ribu perjalanan pulang pergi untuk satu orang. Panjang gondola itu sendiri hampir 100 meter dengan ketinggian 9 sampai 11 meter di atas permukaan laut. Menaiki gondola itu terlihat sangat menyeramkan karena masih tradisional dan kondisi alam yang berangin serta laut di bawah kami yang penuh dengan ombak.
Kami sekeluarga memberanikan diri untuk menyeberang menggunakan gondola ke Pulau Timang. Gondola dapat dinaiki oleh maksimal dua orang. Pertama, kakakku naik bersama mamaku. Kemudian aku naik bersama papaku. Saat naik gondola, adrenalin terasa sangat terpicu dan kami merasakan sensasi yang luar biasa. Sebelumnya kami tidak pernah menemukan tempat dengan pemandangan yang begitu indah, namun juga memicu adrenalin. Setelah menyeberangi lautan, semua rasa takut dan tegang terbayarkan dengan keindahan yang disuguhkan Pulau Timang. Pemandangan di Pulau Timang luar biasa indah, lebih dari yang kami lihat di Pantai Timang.
Kami beruntung saat di Pulau Timang bertemu dengan penduduk lokal. Ia membantu kami sekeluarga untuk berfoto. Tentunya kami harus berhati-hati karena Pulau Timang merupakan bongkahan karang. Setelah mengambil beberapa foto, kami duduk sebentar di suatu tempat istirahat yang kecil. Penduduk lokal menawarkan kami untuk makan bakso. Kami menerima tawarannya. Bakso dipesan melalui orang yang ingin menyeberang ke Pantai Timang dan bakso pun di bawa dengan menggunakan gondola.
Sambil menyantap nikmatnya bakso, penduduk lokal menceritakan awal mula adanya gondola. Gondola dibuat pertama kali bukan untuk wisata, tetapi sebagai penunjang kegiatan masyarakat setempat. Masyarakat disekitar Pantai Timang mencari nafkah dengan memancing. Pulau Timang adalah tempat para penduduk mencari udang dan lobster dengan menyebarkan jaring. Orang yang pertama kali mempunyai ide dan membuat gondola berenang menyeberangi lautan dari Pantai Timang menuju Pulau Timang adalah kakek dari penduduk lokal yang membantu kami dan teman-temannya. Seiring berjalannya waktu, orang-orang mulai berdatangan untuk merasakan sensasi menaiki gondola tradisional menyeberangi lautan. Penduduk pun akhirnya memasang tarif untuk menambah penghasilan mereka. Namun, sampai sekarang gondola juga masih digunakan dalam kegiatan memancing.
Ternyata Indonesia memiliki banyak tempat wisata unik, menantang dan juga sangat indah. Lelah dan penat pun seketika hilang begitu saja. Aku yakin masih banyak tempat-tempat wisata sejenis Pulau Timang di daerah lain di Indonesia. Mengunjungi tempat yang belum terlalu dikenal masyarakat luas juga dapat membantu penduduk setempat. Indonesia kaya akan keindahan alamnya, tinggal kemauan dalam diri untuk mengeksplorasi negeri tercinta ini. (Stephanie Lidya Nashirah, Juara 1 & Kandidat Juara Kategori Favorit LMADWI 2108)
***
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!