Plt. Wali Kota Bandung Yana Mulyana mengunjungi Warung Kebon (Warbon) Cipadung Kulon yang terletak di RW 10, Kelurahan Cipadung Kulon, Kecamatan Panyileukan, Kamis (20/1).Tak hanya berkeliling, di tempat wisata yang menawarkan integrasi urban farming ini, Yana melihat ragam tanaman dan ikut menanam bibit pohon mangga di lahan yang tersedia.
Saat usai berkeliling, ada satu hal yang menarik perhatiannya, yakni leuit yang merupakan tempat menyimpan persediaan beras bagi masyarakat Sunda pada zaman dulu. Bentuknya mirip rumah panggung mini, terbuat dari kayu dan anyaman bambu.
“Wah, sudah lama enggak lihat leuit. Jadi ingat masa kecil. Di sini juga banyak tanaman-tanaman sayuran dan buah ya, dari hasil Buruan SAE. Tadi saya sudah minum tiga jenis minuman. Ada telang, jeruk. Sekarang mah mau coba teh hangat aja,” ujar Yana sembari menyeruput teh hangatnya.
Warbon Cipadung Kulon memiliki lahan seluas 3.000 meter persegi dengan beragam varian agro edukasi. Di jalur kanan, terdapat tanaman sayuran hijau berjajar. Ada cabai, sawi, pakcoy, jeruk nipis, tomat, dan terong. Di seberangnya, ada tanaman-tanaman buah dan herbal, seperti kumis kucing, lavender, pohon mangga, dan rambutan. Bahkan ada pula tanaman telang yang sedang hit belakangan ini.
Selain tanaman, pengunjung juga bisa melihat lima rumah lebah
Kepala Pengelola Warbon, Hani Yuhani menjelaskan bahwa hewan-hewan ternak yang ada semuanya termasuk dalam kategori langka dan unggul. Seperti halnya lebah klanceng yang termasuk jenis primitif, ayam pelung, ayam ciung, dan bebek.
“Orang-orang juga biasanya sebut dengan nama madu trigona. Madu ini termasuk jenis yang lumayan mahal karena lebahnya juga merupakan jenis langka, ya. Tergantung berapa mililiter. Untuk 200 ml saja itu kira-kira bisa sampai Rp170.000,” ujar Hani.
Hani lanjut menjelaskan, sejak berdiri pada Mei 2021, tujuan adanya Warbon ini ialah untuk mengedukasi masyarakat, terutama kaum muda agar lebih melestarikan lingkungannya. Menurutnya, sekarang sudah bukan lagi zamannya “Jangan buang sampah sembarangan”, tapi harus berganti ke “Olah sampah sampah jadi bernilai ekonomi”.
“Dari dulu sampai sekarang, masalah lingkungan itu selalu terpinggirkan. Kalau pemerintah saja yang bergerak pasti sulit, harus ada dukungannya juga dari masyarakat untuk mengedukasi tentang lingkungan,” jelas Hani lagi.
“Kita ajarkan masyarakat memilih sampah dan mengolahnya. Ada yang jadi bahan kerajinan seperti dompet. Ada juga yang berupa pupuk cair organik (PCO) dan pupuk kering. Hasil panen tanaman juga kita bantu pasarkan lewat online,” pungkas Hani.(*/ban/dwi)
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!