Hai, salam hangat buat teman semua. Saya akan menceritakan destinasi Gunung Padang yang berada di Sumatera Barat, Wisata ini banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal hingga turis mancanegara.
Gunung Padang atau Gunuang Padang sebenarnya merupakan sebuah bukit kecil dengan ketinggian puncak sekitar 80 meter di atas permukaan laut. Letaknya di seberang selatan dari muara Sungai Batang Arau dan masuk dalam wilayah Kecamatan Padang Selatan. Masyarakat Kota Padang menamainya Gunung Padang karena bukit ini bisa dikatakan tempat tertinggi di sekitar pusat Kota Padang. Gunung Padang menyimpan kombinasi antara panorama yang indah, legenda cinta; Taman Siti Nurbaya, dan sepenggal sejarah masa pendudukan Jepang.
Nah berikut ini saya akan menceritakan proses memasuki objek wisata gunung Padang yang berada di Sumatera Barat.
Sebelum kita mendaki/menaiki tangga menuju puncak gunung Padang, kita akan melalui proses pertama. Kita akan disambut oleh gerbang yang bertuliskan “Objek Wisata Gunuang Padang”. Untuk masuk kedalam, kita harus membeli karcis yang telah disediakan. Karcis masuk untuk dewasa Rp5.000, sedangkan anak-anak Rp3000. Tidak terlalu mahal sehingga mebuat isi dompet tidak menjadi kosong. Saya pun langsung masuk dikarnakan tidak sabar untuk menikmati pemandangan dari atas puncak.
Setelah memasuki gerbang, kita akan mendaki menuju puncak. Sekarang, mendaki menuju puncak relatif mudah karena pemerintah setempat sudah menyediakan jalan setapak dan anak tangga dari semen. Sepanjang jalan kita akan melihat banyak monyet. Mereka dengan lincahnya, melompat dari dahan ke dahan. Karena hewan itulah, pada masa penjajahan Belanda, tempat ini dinamakan Apenberg atau MonkeyMountain (Gunung Monyet). Hutan tropis yang teduh dan udara sejuknya, membuat pendakian terasa menyenangkan. Tapi tetap saja keringat membasahi bajuku ketika mendaki anak tangga yang banyak tersebut.
Sebelum tiba di kawasan puncak, kita akan menjumpai beberapa benteng dan bunker pertahanan juga meriam hasil peninggalan zaman penjajahan Jepang. Bunker pertama, berdekatan dengan rumah penduduk, Bunker kedua, berhadapan langsung dengan kedai milik warga. Bungker tersebut digunakan sebagai gudang.
Benteng pertama dinamakan Pilboks. Benteng ini memiliki ruangan cukup luas. Di dalamnya ada meriam besi besar. Benteng ini berbentuk empat poligon setengah lingkaran, dibangun sekitar tahun 1942-1945, seperti foto di atas. Benteng kedua memiliki bentuk seperti rumah yang tertulis BOW dan memiliki dua ruangan yang tak beratap.
Bila sampai puncak akan terdapat dua bunker. Kemungkinan jika dilakukan penggalian di lokasi ini akan ada banyak lagi benteng-benteng yang tersembunyi. Zaman dulu, Gunung Padang ini dijadikan salah satu pertahan tepi pantai oleh penjajahan Jepang.
Setelah melihat-lihat benteng, saya pun melanjutkan mendaki anak tangga lagi. Tidak jauh dari puncak gunung, kita akan menjumpai jalan masuk ke pemakaman Siti Nurbaya. Kita diperbolehkan masuk tapi dilarang membawa handphone atau kameraSelai itu, pikiran kita pun harus bersih atau berpikir positf.
Lanjut pula mendaki hingga puncak, senyum mulai lebar, hati mulai senang dan lelah pun terbayar sudah dengan semua keindahan yang dapat dilihat dari atas gunung.
Di sana, kita bisa melihat semua keindahan kota Padang, seperti; kawasan kota tua , Pantai Padang, Pelabuhan Muaro dan Pantai Air Manis.
Di sebelah barat, terlihat Samudra Indonesia (Hindia). Sore hari, kita akan disuguhi pemandangan sunset yang sangat indah. Selain itu, jangan lupa palingkan juga mata ke arah utara. Di sana akan tampak kemilau cahaya yang dipantulkan air Batang Arau.
Puncak Gunung Padang adalah sebuah taman, dinamakan Taman Siti Nurbaya. Luas sekitar 180 meter persegi. Konon taman ini merupakan interpretasi tempat Syamsul Bahri dan Siti Nurbaya memadu kasih semasa hidupnya. Siti Nurbaya adalah tokoh utama dalam novel karya sastrawan Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an), Marah Rusli. Judulnya “Kasih Tak Sampai”. Taman ini sangat indah. Banyak sekali pohon yang rindang untuk bersantai. Udaranya pun terasa segar.
Jika sudah puas menikmati keindahan dari atas puncak, kembalilah menuruni anak tangga dan pulang. Sungguh berat hati untuk pulang, seakan-akan ingin membangun rumah dan tinggal diatas puncak gunung padang ini.
Itulah pengalaman ketika saya berkunjung ke Gunung padang. Jangan lupa berkunjung ke Gunung kota Padang,ya.
Salam buat penjelajah yang berani berjelajah sendiri. (Josman Harefa, Juara 3 & Kandidat Juara Kategori Favorit LMADWI 2108)
***
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!