Home > Cerbung > Rahasia Cermin Tua (Episode 3: Mimpi Buruk Cermin)

Rahasia Cermin Tua (Episode 3: Mimpi Buruk Cermin)

Cover Novel Rahasia Cermin Tua Dwi Lato

Adel terbangun dengan keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya. Malam itu, ia kembali bermimpi buruk—mimpi yang sama dengan malam-malam sebelumnya, tetapi kali ini terasa lebih nyata. Dalam mimpinya, Adel melihat dirinya sendiri berdiri di depan cermin tua di kamarnya. Namun, bukan dirinya yang tampak di balik pantulan. Sosok yang ada di cermin adalah Pak Kamal, detektif yang menghilang bertahun-tahun yang lalu.

Wajah Pak Kamal terlihat pucat dan diliputi ketakutan. Dia mengulurkan tangan melalui permukaan cermin, seolah-olah ingin meminta bantuan. Tapi setiap kali Adel mencoba menyentuh cermin dalam mimpinya, cermin itu bergetar dan berubah menjadi gelap. Sesuatu, entah apa, menarik Pak Kamal kembali ke dalam, meninggalkan kegelapan pekat dan suara gemeretak yang menyeramkan.

Adel terjaga dengan napas terengah-engah. Dia menggenggam selimut erat, memandang cermin di sudut kamar. Meski ruangan itu gelap, cermin tampak bersinar samar di bawah cahaya bulan yang masuk melalui jendela. Ada perasaan aneh yang menyeruak dalam dirinya. Cermin itu seperti hidup, seperti ada sesuatu yang mengawasinya dari dalam.

Banner Ruparupa Special Online

Advertisement

Takut dan bingung, Adel memutuskan untuk menjauh dari cermin. Dia turun ke dapur untuk menenangkan diri dengan segelas air, tetapi rasa cemas tak kunjung hilang. Mimpi-mimpi buruk ini semakin sering terjadi sejak dia menemukan surat-surat Pak Kamal. Apa yang terjadi dengan detektif itu? Apakah cermin ini benar-benar penyebab semua masalah?

Adel memutuskan untuk bercerita kepada sahabatnya, Indra, yang tinggal tak jauh dari rumahnya di Midangku. Indra adalah orang yang selalu bisa diandalkan, dan Adel tahu bahwa dia perlu bantuan untuk menghadapi situasi aneh ini. Tanpa menunggu lama, Adel menelepon Indra.

Baca juga:  Romansa Senandung Pagi (Episode 1: Awal Perjalanan)

“Indra, aku harus bicara. Ini soal cermin yang aku ceritakan kemarin. Ada sesuatu yang salah. Aku… aku terus bermimpi buruk tentang detektif yang hilang itu,” kata Adel dengan suara bergetar.

Di ujung telepon, Indra terdengar tenang, meski suaranya menunjukkan kekhawatiran. “Tenang, Del. Aku akan ke rumahmu sekarang. Kita cari tahu apa yang sebenarnya terjadi.”

Tak lama setelah itu, Indra tiba di rumah Adel. Mereka duduk di ruang tamu, dan Adel menceritakan semuanya—tentang surat-surat Pak Kamal, tentang mimpi-mimpi yang menghantuinya, dan tentang cermin yang tampak hidup.

“Aku benar-benar merasa ada sesuatu yang mengerikan di dalam cermin itu, Indra. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tapi aku merasa cermin itu mencoba memberitahuku sesuatu… atau memperingatkan aku.”

Indra mengangguk serius. “Kita perlu mencari tahu lebih banyak tentang ini. Kalau cermin itu terhubung dengan hilangnya Pak Kamal, pasti ada orang lain yang tahu sesuatu.”

Mereka memutuskan untuk mengunjungi seorang pria tua bernama Pak Hasan, seorang sejarawan lokal yang dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang sejarah kota Midangku. Menurut cerita orang-orang, Pak Hasan dulu adalah sahabat Pak Kamal, dan mungkin dia memiliki informasi yang bisa menjelaskan hubungan antara cermin dan hilangnya detektif tersebut.

Saat mereka tiba di rumah Pak Hasan, pria tua itu menyambut mereka dengan ramah, meski matanya menunjukkan kerutan kebingungan ketika mereka menyebut nama Pak Kamal.

Baca juga:  Rahasia Cermin Tua (Episode 2: Tanda dari Masa Lalu)

“Pak Kamal… Ah, ya. Aku ingat dia. Dia seorang detektif yang sangat brilian, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi setelah dia menghilang,” kata Pak Hasan sambil menghela napas panjang. “Dia sering bercerita tentang kasus-kasus aneh yang dia tangani, tapi aku tak pernah mengira dia akan hilang begitu saja.”

Adel merasa keputusasaannya makin memuncak. “Pak Hasan, saya menemukan surat-suratnya di rumah saya, di Jalan Melati. Ada juga cermin antik yang sepertinya terhubung dengan kasus yang dia selidiki. Apakah Bapak tahu apa pun tentang cermin itu?”

Pak Hasan terdiam sejenak, raut wajahnya berubah menjadi serius. “Cermin di rumah itu… ya, aku tahu tentang cermin itu. Banyak orang yang menganggapnya sebagai benda kutukan. Ada desas-desus bahwa siapa pun yang terlalu lama menatap cermin itu akan terseret ke dalam kegelapan. Cermin itu bukan hanya benda biasa—itu adalah saksi bisu dari sesuatu yang jauh lebih menyeramkan.”

Indra dan Adel saling pandang dengan ekspresi tegang.

“Apa maksud Bapak dengan ‘terseret ke dalam kegelapan’?” tanya Indra, suaranya bergetar.

Pak Hasan menghela napas berat. “Aku tak tahu persis, tapi selama bertahun-tahun, beberapa orang yang tinggal di rumah itu mengalami kejadian aneh. Mereka melaporkan melihat bayangan di dalam cermin, mendengar suara-suara yang bukan berasal dari dunia ini. Beberapa bahkan mengatakan mereka melihat sosok Pak Kamal di dalamnya.”

Adel tertegun. “Itu… itu persis seperti yang aku alami.”

Baca juga:  Asmara Rahasia Dibalik Senyum Manisnya (Episode 2: Semakin Dekat di Balik Senja)

Pak Hasan mengangguk pelan. “Pak Kamal sangat terobsesi dengan kasus terakhirnya. Dia yakin bahwa cermin itu adalah kunci untuk memecahkan serangkaian pembunuhan yang terjadi di kota ini. Tapi dia terlalu dekat… terlalu dekat dengan sesuatu yang seharusnya tidak dia dekati.”

Adel merasa bulu kuduknya meremang. Apakah itu sebabnya Pak Kamal menghilang? Apakah cermin ini telah menyembunyikan sesuatu yang lebih dari sekadar bayangan?

“Kalian harus hati-hati,” lanjut Pak Hasan. “Cermin itu bisa saja mengundang sesuatu dari masa lalu. Dan jika kalian tidak berhati-hati, cermin itu bisa membawa kalian ke dalam nasib yang sama dengan Pak Kamal.”

Adel tidak tahu apa yang harus dipikirkan. Dia merasa terjebak dalam mimpi buruk yang tidak bisa dia hentikan. Cermin itu semakin jelas bukan hanya sekadar benda antik. Itu adalah jendela ke sesuatu yang jauh lebih gelap dan berbahaya.

Malam itu, setelah kembali ke rumah, Adel berdiri di depan cermin lagi. Bayangannya memantul sempurna di permukaan kaca, tetapi kini ia tahu bahwa cermin itu menyembunyikan sesuatu yang lebih dari sekadar refleksi dirinya. Ada sesuatu di baliknya—sesuatu yang menunggu saat yang tepat untuk keluar.

Dan kali ini, Adel tidak yakin apakah ia bisa menghindarinya.

Silahkan baca cerbung menarik lainnya;

Lihat juga novel menarik di Gramedia.

Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?

Ayo, bergabung sekarang! Gratis!

RajaBackLink.com

Advertisement

Banner Rupa Rupa

Advertisement

You may also like
Cover Novel Rahasia Cermin Tua Dwi Lato
Rahasia Cermin Tua (Episode 2: Tanda dari Masa Lalu)
Cover Novel Rahasia Cermin Tua Dwi Lato
Rahasia Cermin Tua (Episode 1: Penemuan Misterius)

Leave a Reply

-Untuk kerjasama promosi, publikasi kegiatan, content placement, media partner, sponsored article, dan penayangan banner, silahkan hubungi e-mail: admin@liburasik.com-