Pemerintah mengucurkan dana stimulus pemulihan ekonomi nasional (PEN) subsektor film sebesar Rp136,5 miliar. Tujuannya ialah untuk mendorong kebangkitan ekonomi melalui percepatan kebangkitan industri film. Selain itu, juga untuk memperbaiki ekosistem perfilman Indonesia seiring terkendalinya pandemi COVID-19.
Kebangkitan industri film yang ikut terdampak akibat pandemi, nantinya akan menyerap kembali tenaga kerja kreatif, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sekaligus memperkuat peta baru perfilman nasional dengan membuka lebar ruang kreativitas bagi sineas muda di seluruh penjuru daerah. Selanjutnya akan terjadi perluasan penciptaan lapangan kerja hingga ke berbagai daerahr.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan dana stimulus PEN subsektor film bertujuan memperbaiki ekosistem perfilman nasional dengan membuka lebar kesempatan sineas muda untuk berkreativitas dengan menciptakan karya film berkualitas.
“Stimulus PEN subsektor film untuk menciptakan lapangan kerja yang luas sehingga dapat menyerap kembali tenaga kerja kreatif film yang terdampak pandemi, sekaligus sebagai persiapan dalam menyambut kebangkitan industri kreatif perfilman,” ungkap Menparekraf Sandiaga dalam pernyataannya, Rabu (15/12).
Perluasan penciptaan lapangan kerja yang akan mendorong penguatan peta perfilman nasional salah satunya terlihat dari skema produksi.
Sebanyak 56 penerima bantuan pemerintah produksi film Indonesia telah ditetapkan, yakni mewakili 23 rumah produksi dan 33 komunitas perfilman. Terdiri dari 29 film terpilih kategori film pendek dan 27 film terpilih untuk kategori film dokumenter pendek. Film-film tersebut telah lolos penilaian oleh tim kurator. Masing-masing akan mendapat bantuan stimulus sebesar Rp250 juta per judul film.
Dari 56 penerima bantuan pemerintah untuk skema produksi tersebut, tidak lagi didominasi dari kota-kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya. Namun, sudah menyebar ke kota-kota di Sumatra, Kalimantan, Bali, NTT, hingga Sulawesi.
Bila selama ini banyak film pendek dan film dokumenter berkualitas dilahirkan oleh kalangan senias muda dari kota-kota besar di Pulau Jawa, kedepan akan lahir dari kota-kota di luar Jawa seperti Majene, Palu, Solok, Banda Aceh, Balikpapan, serta kota lainnya. Tahun depan, diproyeksikan akan banyak lahir film pendek dan film dokumenter berkualitas karya anak bangsa yang tampil dan menjadi pemenang di festival-festival film internasional.
“Menyebarnya rumah produksi dan para sineas muda ini sebagai salah satu wujud PEN subsektor film menciptakan peta baru perfilman nasional,” ujar Sandiaga.
Selain skema produksi, PEN subsektor film yang dimulai sejak Oktober hingga Desember 2021 ini juga ada skema promosi dan skema pra-produksi. Sama dengan skema produksi, skema promosi dan pra-produksi tersebut melibatkan tim kurator untuk melakukan seleksi kemudian menetapkan film yang memenuhi syarat dan layak mendapatkan dana stimulus.
Ada 22 rumah produksi mendapat dana stimulus PEN untuk skema promosi film. Masing-masing rumah produksi ini mendapat Rp1,5 miliar per judul film. Ada 22 judul film yang diproduksi 22 rumah produksi dengan total bantuan sebesar Rp33 miliar. Promosi dilakukan dengan menggunakan media konvensional atau offline seperti billboard, poster, dan spanduk. Juga dengan media sosial atau online (internet) yang mempunyai pengaruh kuat di tengah masyarakat terutama kelompok penonton milenial.
Dari 22 judul film itu, sembilan film di antaranya sudah tayang di bioskop pada November dan Desember 2021. Sebanyak 13 judul film lainnya akan meramaikan kembali gedung-gedung bioskop dengan tayangan film nasional berkualitas lainnya mulai Januari 2022.
Sementara itu, ada 50 rumah produksi sebagai penerima dana stimulus PEN untuk skema pra-produksi. Masing-masing menerima kucuran dana Rp860 juta per judul film. Total dana skema pra-produksi Rp68,9 miliar ini diharapkan dapat memicu produksi film layar lebar bermutu di era pasca-pandemi.
Adanya dana bantuan tersebut akan lahir film-film bermutu dengan genre yang beragam sehingga akan memberi banyak pilihan kepada para penonton di gedung bioskop sekaligus mendorong minat masyarakat kembali ke bioskop. Dari beragam genre film itu, ada yang mengangkat judul film lama yang pernah sukses di gedung bioskop di era tahun 1980 dan 1990-an seperti ‘Ali Topan Anak Jalanan’ dan ‘Losmen Bu Broto 2’.
Film layar lebar menyerap banyak tenaga kerja langsung atau tenaga kerja kreatif film mulai dari produser, sutradara, penulis skenario, penata kamera, penata artistik, penata musik, editor, pengisi dan penata suara, hingga aktor-aktris. Jumlahnya mulai ratusan hingga ribuan. Untuk membuat sebuah film kolosal membutuhkan hingga puluhan ribu tenaga kerja langsung.
Misalnya, film ‘Ali Topan Anak Jalanan’ dalam proposalnya memperkirakan akan menyerap 264 tenaga kerja langsung, sedangkan film ‘Losmen Bu Broto 2’ akan menyerap 198 orang tenaga kerja langsung.
Dana stimulus PEN subsektor film secara total diperkirakan akan menyerap 14.761 tenaga kerja langsung baik untuk skema promosi film layar lebar tayang bioskop, skema produksi untuk film pendek dan film dokumenter, maupun skema pra-produksi film layar lebar. Sementara, serapan tenaga kerja tidak langsung diproyeksikan mencapai ratusan ribu tenaga kerja mulai tenaga kerja katering untuk kru film, kendaraan film, hingga penjaga bioskop dan lainnya.
Kucuran dana stimulus PEN subsektor film telah mengalir ke rumah-rumah produksi. Sekitar 125 judul film (film pendek, film dokumenter, dan film layar lebar) akan tayang di gedung bioskop serta tampil di ajang festival film. Dana stimulus PEN film menciptakan peta baru perfilman Indonesia.(*/par/dwi)
Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?
Ayo, bergabung sekarang! Gratis!