Home > Info > Menparekraf Sandiaga Sambut Baik Kehadiran Buku “Ekosistem Kepariwisataan”

Menparekraf Sandiaga Sambut Baik Kehadiran Buku “Ekosistem Kepariwisataan”

Menparekraf Sandiaga Sambut Baik Kehadiran Buku

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno menjelaskan pentingnya pembangunan kepariwisataan di tanah air memperhatikan pengaplikasian tatanan ekosistem kepariwisataan dengan baik. Terlebih di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) saat ini, perubahan atau kerentanan, ketidakpastian, kompleksitas dan ambiguitas serta situasi pandemi COVID-19 menjadi salah satu tantangan besar bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

Hal tersebut disampaikan Menparekraf Sandiaga Uno terkait diluncurkannya buku “Ekosistem Kepariwisataan” yang ditulis Staf Ahli Menteri Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kemenpareraf/Baparekraf Dr Frans Teguh, MA.

“Oleh karena itu, tatanan ekosistem kepariwisataan sangat penting untuk diaplikasikan dalam skema pembangunan kepariwisataan,” kata Menparekraf Sandiaga, Selasa (21/12).

Banner Ruparupa Special Online

Advertisement

Menparekraf menyambut baik kehadiran buku “Ekosistem Kepariwisataan” yang dinilai akan berkontribusi besar pada pembangunan kepariwisataan Indonesia di era pandemi dan post pandemi. Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai rujukan bagi stakeholder pariwisata, khususnya pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam memformulasikan strategi, kebijakan dan program pembangunan pariwisata nasional dan daerah.

Buku ini juga dapat menjadi referensi bagi Dosen dan Pengajar serta mahasiswa-mahasiswi pada jurusan pariwisata dalam memahami konsep dan pendekatan baru pengembangan pariwisata di masa kini dan masa mendatang.

Baca juga:  Sejarah Sepatu Roda: Inovasi hingga Gaya Hidup Modern

“Konsep dan pendekatan ekosistem kepariwisataan relevan dan kontekstual di tengah berbagai upaya memperkokoh inovasi, adaptasi, dan kolaborasi sekaligus menawarkan solusi dalam berbagai level of playing field dan kekuatan sektor parekraf menjadi pemenang pandemi,” kata Sandiaga.

Dalam bukunya, Frans Teguh menyampaikan beberapa gagasan. Diantaranya ialah manajemen berbasis ekosistem kepariwisataan yang  mengutamakan penguatan outstanding values proposition dalam mengelola berbagai kesenjangan ekologis, sosial, teknologi, dan spiritual di tengah pusaran VUCA.

Paradigma system thinking dan transformasi ekosistem kepariwisataan mengutamakan perubahan egosentris ke ekosentris, lintas dimensi, lintas disiplin, berdimensi jangka panjang, berpusat pada manusia, berpijak pada pengelolaan dan tata kelola yang adaptif dan dinamis, serta berorientasi nilai yang berkelanjutan. Penguatan orkestrasi dan simfoni menuju keselarasan, keseimbangan, serenity dan kebahagiaan.

“Kualitas tatanan ekosistem niscaya akan dapat menghindari bencana ekologis, denaturalisasi, dekadensi nilai/martabat, social distrust, dehumanisasi, komersialisasi, dan hegemoni masif seperti perubahan iklim yang ekstrem, kematian rantai nilai ekosistem dan disequilibrium,” ungkap Frans Teguh.

Baca juga:  Menpar Hadiri Pertemuan Menteri Pariwisata ASEAN di ATF 2025

Frans menjelaskan, fakta empiris menunjukkan terjadi disrupsi, perubahan tren, perilaku, dan gaya hidup manusia pascapandemi, bahkan maraknya penggunaan media sosial di era post-truth. Hal ini kemudian menjadi lanskap pemikiran ekosistem kepariwisataan menuju kualitas pengalaman holistik, reputasi, dan pilihan destinasi futuristik yang berkarakter dan bertanggung jawab.

Sekretaris Kemenparekraf Ni Wayan Giri Adnyani mengatakan, buku ini mempertegas orientasi dan arah baru pembangunan dan manajemen berbasis ekosistem kepariwisataan ke depan.

“Perspektif dan pendekatan yang dijabarkan dalam buku ini diharapkan dapat menjembatani berbagai inisiatif konsep pendekatan, konteks, solusi sistem, praktik nyata manajemen berbasis ekosistem, dan pengukuran ekosistem kepariwisataan yang komprehensif,” kata Giri.

Akademisi yang juga seorang praktisi bisnis tanah air, Rhenald Kasali mengungkapkan apresiasi atas usaha yang sungguh-sungguh menghasilkan buku “Ekosistem Kepariwisataa”. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa tema ekosistem kepariwisataan merupakan topik yang penting kontekstual di tengah pertumbuhan demografis dunia, perubahan perilaku seperti sampah, kepunahan dan kehilangan keanelaragaman hayati dan disrupsi.

Baca juga:  Mengapa Content Placement Kritis untuk Perusahaan: Meningkatkan Visibilitas dan Pengaruh

Buku ini menawarkan pemikiran yang berpijak pada keseimbangan ekologis, sosial budaya, bisnis dan digital  dalam pembangunan ekosistem kepariwisataan.

Selanjutnya, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedi dan Presiden Direktur Panorama Group Budi Tirtawisata menambahkan bahwa kehadiran buku ini selaras dengan kebutuhan untuk menata ekosistem bisnis pariwisata. Menurut mereka, sesungguhnya sumber daya bisnis sektor ini berasal dari bumi, sosial-budaya, teknologi dan informasi. Buku “Ekosistem Kepariwisataa” dapat menjadi menjadi pegangan bagi industri pariwisata agar mampu mengelola sumber daya yang dimiliki secara berkelanjutan. Tak ketinggalan supaya memiliki daya saing di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Penerbit Kompas yang diwakili oleh Wakil Pemimpin Redaksi Kompas P. Tri Agung Kristanto mengemukakan, buku ini dapat memperluas perspektif yang utuh, solutif, kreatif, adaptif dan komprehensif dalam pembangunan kepariwisataan di Indonesia demi tercapainya pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan.(*/par/dwi)

Siap menerima info dan artikel menarik langsung di email Anda?

Ayo, bergabung sekarang! Gratis!

Seedbacklink

Advertisement

Banner Rupa Rupa

Advertisement

Leave a Reply

-Untuk kerjasama promosi, publikasi kegiatan, content placement, media partner, sponsored article, dan penayangan banner, silahkan hubungi e-mail: admin@liburasik.com-